Aneka kehidupan dan problem di sebuah pasar. Ada pak haji Arif yang masjidnya belum punya kubah karena kekurangan dana. Ada suami yang ditinggal istri karena kelakuannya yang buruk, dan berusaha menjadi baik dengan mengabdi di masjid, tapi juga punya soal dengan anak lelaki bocahnya nakal sekali. Ada janda pemilik warung. Ada gadis cantik yang lari dari rumah, karena tak dihiraukan ayahnya. Ada gadis bisu yang tergagap-gagap bila berbicara, dan senang melukis. Ada gadis pekerja yang kos di salah satu rumah di wilayah itu, yang diam-diam ditaksir oleh salah satu pedagang telor yang punya adik nakal. Montase kehidupan tokoh-tokoh ini sesungguhnya menunjukkan kerinduan mereka pada sesuatu yang telah lama hilang.
--
This film is a mosaic of slices of lives inside a traditional market. There’s Haji Arief with his domeless mosque from lack of fund. There’s a husband whose wife left him for his bad behaviour, and trying to be good since by working in the mosque; but his son has become very troublesome. There’s a shop owner who’s a widow. A runaway girl, escaping her estranged father. A stuttering girl who likes to paint. A working girl renting space around, and an egg seller having a crush on her. All of them seemingly had one unifying thread: they long for something that’s been lost.
Sutradara Garin Nugroho | Pemeran Neno Warisman, Jaja Mihardja, Fauzi Baadilla, Nova Eliza, Didi Petet | Negara Indonesia | Jenis Fiksi | Tahun 2004 | Durasi 100 menit | Bahasa Indonesia | Subteks Bahasa Inggris | Format Digital | Klasifikasi Usia 12 DO
Penghargaan
Pemenang | Musik Terpuji oleh Dwiki Darmawan, Festival Film Bandung 2005, Indonesia
Pemenang | Artistik Terpuji oleh Budi Riyanto, Festival Film Bandung 2005, Indonesia
Comments