28 Juni 2020
16:00 WIB
Kelas diselenggarakan secara daring melalui Zoom i
Efek visual sering dijadikan standar “mutu” oleh sebagian penonton film kita, yang akan dengan cepat membandingkannya dengan gula-gula mata yang sudah bertahun-tahun memanjakan dari film-film mancanegara. Misalnya, “Wah, ini efeknya sudah setara Hollywood!” atau malah justru, “Dih, kelihatan banget palsunya. Bujet murah nih.”
Mata dan medium visual memang jodoh yang rewel. Mudah terpikat tapi juga mudah kecewa. Apakah memang sepatutnya efek visual memikul beban ekspektasi seberat itu atas kualitas film? Di sisi lain, ada kalanya efek visual harus bekerja dalam senyap: tidak kentara bahwa ada efek yang petentang-petenteng, tapi ikut mengemban reka percaya dunia sebuah film.
Kineforum membuka kembali kelas bertema film sebagai bagian dari upaya menjembatani berbagai wacana dan kerja baik dalam medium film atau melalui medium film. Kineforum Punya Kelas kali ini mengajak Anda belajar, berbincang dan berbagi tentang "Efek Visual dan Film: Pengenalan Profesi dan Peluang".
Selain itu, kami mengajak Anda semua dalam penggalangan dana untuk membantu salah satu rekan anak negeri pekerja efek visual film, Keliek Wicaksono, yang sedang berjuang melawan penyakit. Mari ikuti kelas ini dan berdonasi!
Pemateri:
Gaga Nugraha Ramadhan, VFX Supervisor & Animation Director
Narasumber:
1. Ifa Isfansyah, Produser Film (Fourcolours Films)
2. Sheila Timothy, Produser Film (Lifelike Pictures)
Kelas ini hanya dilangsungkan 1 (satu) kali melalui aplikasi Zoom.
Informasi Keikutsertaan:
1. Pendaftaran dibuka hingga 27 Juni 2020
2. Terbuka untuk umum
3. Bersedia mengikuti kelas secara online selama durasi 2 (dua) jam
4. Setiap peserta diwajibkan memberikan donasi minimal Rp50,000 per orang
Donasi dapat dikirimkan melalui rekening
Bank OCBC NISP 545810233621
a/n Poetra Rizky Harindra
Setelah mengisi form ini dan melakukan pengiriman donasi melalui rekening, mohon melakukan konfirmasi dengan menghubungi 087872876229 (Harry) via Whats App / SMS.
Setiap peserta akan memperoleh e-certificate, yang akan kami bagikan secara online melalui email
Keliek Wicaksono
Freelance 3D Generalist & VFX artist
Mengawali karir animasi 3D ketika mengajar di lab komputer Arsitektur Gadjah Mada, dan sebagai founder Studio Kasatmata di 2002.
Bekerja untuk iklan TV sejak 2006, sebagai generalist 3D artist dan compositor. Terlibat di beberapa proyek iklan, motion graphics, dan film. Terakhir terlibat sebagai VFX supervisor di film Wiro Sableng (2018), Terlalu Tampan (2019), Mantan Manten (2019), VFX coordinator di film Ratu Ilmu Hitam (2019), dan VFX supervisor Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020)
Beberapa penghargaan :
Konfiden Award 2002 - Best Short Animation
Visi Anak Bangsa Award 2003 - Production Support for Homeland, 3D Animation.
Pinasthika Award 2010 - Bronze for Craftmanship
Piala Maya 2012 - VFX terbaik - film Ambilkan Bulan
Piala Maya 2018 - VFX terbaik - film Wiro Sableng
Piala Citra 2018 - Penata Efek Visual Terbaik - film Wiro Sableng
PENGISI MATERI
Gaga Nugraha Ramadhan
Memulai kariernya sejak 2004 sebagai CG Artist Didunia Periklanan hingga akhirnya memutuskan untuk memulai studionya sendiri di tahun 2008. Gaga Nugraha telah terlibat dalam pembuatan ratusan iklan televisi dalam dan luar negeri, dan telah dipercaya menjadi VFX Supervisor di beberapa Film Indonesia seperti:
Serdadu kumbang (2011)
Soegija (2012)
Leher angsa (2013)
Jenderal Soedirman (2015)
Wiro Sableng (2018)
Dreadout (2019)
Hit and Run (2019)
Ratu Ilmu Hitam (2019)
NKCTHI (2020)
Ifa Isfansyah
Ifa Isfansyah menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Ia memulai karirnya di dunia perfilman sebagai Produser dan Sutradara beberapa film pendek, antara lain Be Quiet, Exam is in Progress (Tokyo ShortShort Competition, 2006) dan Half Teaspoon (Grand Prize Hong Kong Independent Film Video Award & competition, IFFR 2008). Pada tahun 2001, ia mendirikan perusahaannya Fourcolours Films dengan beberapa filmmaker lokal untuk memproduseri dan mendukung filmmaker Indonesia. Pada tahun 2006, Ifa terpilih oleh Asian Film Academy Busan dan memeroleh beasiswa ke Im Kwon Taek College of Film & Performing Arts, korea. Saat kembali ke Indonesia, Ifa menyutradarai film panjang pertamanya, Garuda Di Dadaku (2009), yang mendulang sukses besar secara komersial. Film keduanya, The Dancer (2011) dianugerahi Best Director dan Best Picture di Festival Film Indonesia. Saat ini ia telah memproduseri Siti (Eddie Cahyono, Telluride 2015), Turah (Wicaksono Wisnu Legowo, Indonesian Official Entry for Oscar 2018), The Seen and Unseen (Kamila Andini, Toronto IFF 2017) dan Memories of My Body (Garin Nugroho, Venice Orizzonti 2018). Ifa juga merupakan pendiri Jogja-Netpac Asian Film Festival yang dimulai pada tahun 2006 serta pendiri Jogja Film Academy, yang didirikan pada tahun 2014.
Sheila Timothy
Sebelum memasuki perfilman, Sheila Timothy telah lama berkecimpung bisnis periklanan dan musik. Film panjang pertamanya, Pintu Terlarang terbit pada 2009 dan memenangkan penghargaan film terbaik di Puchon International Fantastic Film Festival. Pada 2012, film keduanya Modus Anomali memenangkan Penghargaan Bucheon di Jaringan ke-4 Film Fantastis Asia di Korea Selatan dan ditayangkan perdana di South by Southwest Film Festival (SXSW) pada Maret 2012. Fitur ketiganya, Tabula Rasa, dirilis pada September 2014 dan menerima 4 penghargaan di Festival Film Indonesia 2014. Pada 2018, rumah produksinya yang didirikan sejak 2008, Lifelike Pictures, bekerjasama dengan 20th Century Fox untuk memproduksi dan merilis film aksi-fantasi Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.
Sheila terpilih sebagai ketua pertama Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), dari 2013 hingga 2016. Dia kemudian duduk sebagai anggota dewan penasihat untuk APROFI sampai sekarang.