kineforum adalah salah satu ruang sinema alternatif tertua di Jakarta, juga di Indonesia. Anak kandung dari Dewan Kesenian Jakarta dan mendapatkan kerjasama dan kemitraan dari berbagai pihak, kineforum kini menginjak usianya yang ke-11. Bahkan, jika merunut sejarah sinema alternatif di Jakarta, kineforum boleh dibilang merupakan kelanjutan dari Kineklub di Taman Ismail Marzuki, yang antara lain pernah diampu oleh Salim Said dan jadi jendela bagi publik di Jakarta untuk melihat lanskap sinema dunia.
Posisi sebagai ruang sinema alternatif tersebut, tetap tumbuh dan berkembang dalam kineforum. Masih ada program-program yang meneruskan peran jendela sinema dunia itu. Juga dengan tumbuhnya sinema alternatif di Indonesia sejak 2000-an, kineforum menjadi ruang perjumpaan, percakapan, produksi pengetahuan tentang sinema Indonesia yang tak terpaku pada gejolak arusutama industri perfilman nasional. Tapi, 2016 memberi kesadaran bahwa pertumbuhan dan pengembangan peran kineforum sudah tak lagi bisa sekadar bergerak dalam sebuah gelembung "komunitas film" atau "kaum movie buff" belaka.
Rasanya harus diakui, 2016 dituntasi dengan sejumput rasa pahit. Begitu banyak –terlalu banyak, bahkan– peristiwa dan wacana yang mencongkel-congkel sendi-sendi bermasyarakat kita. Banjir informasi membawa juga banjir sampah, dan bersamanya, menghanyutkan daya kritis, dan bahkan daya nalar. Kami di kineforum ingin memulai 2017 dengan semangat kembali belajar. Kembali mengenali diri, mengenali ke-Indonesiaan, dan apa artinya menjadi ‘Indonesia’. Wawasan ber Indonesia itu kini kian genting untuk kembali diresapi dan dipercakapkan ulang. Kami ingin belajar belajar bersama dengan lebih dalam memaknai segala peristiwa sekitar kita, memahami, kemudian membagi observasinya kepada khalayak, antara lain, lewat medium film.
Di penghujung 2016, berbagai festival film mengumpulkan karya-karya film lintas genre yang kami cermati, ikut berusaha memaknai dan memperluas wawasan ber-Indonesia. Januari ini, mengawali 2017, kineforum ingin turut berbagi karya-karya itu, yang terkumpul dari empat festival: UCIFEST - UMN Animation dan Film Festival, ScreenDocs Expanded, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) dan Festival Film Dokumenter Yogyakarta (FFD). Program-program pilihan dari keempat festival film ini menjadi program unggulan kineforum untuk Januari 2017.
Film pendek, baik animasi, fiksi maupun dokumenter, terdapat dalam program UCIFEST, Disappearing Sounds (dari ScreenDocs Expanded), serta FFD Shorts 1 dan 2. Selain itu, kami persembahkan juga dokumenter panjang Tanah Mama karya Asrida Elisabeth yang mengangkat kisah perempuan Papua memperjuangkan hak atas sumber kehidupannya. Sementara dari JAFF, kami mengangkat film-film karya Djenar Maesa Ayu yang selalu mengajak kita menembus batas, termasuk film terbarunya hUSh (dari sesi kompetisi JAFF 2016) yang mengaburkan batasan antara film fiksi dan dokumenter.
Salam sinema dan sampai jumpa di kineforum.
Comments