Hidup itu berat, katanya. Tapi... memang begitu kenyataannya untuk jamak orang. Berapalah dari kita yang bisa dengan pede berkata bahwa hidupnya bebas dari masalah? Sepertinya jumlahnya nyaris nol. Hidup berputar bagaikan roda: sesekali di atas, sesekali di bawah; kadang mulus, kadang kempes, kadang geronjalan. Namun kita membutuhkan variasi itu. Tanpanya hidup jadi kurang menarik. Bahkan bagi sebagian kita, emosi naik turun itulah yang justru menjadi tujuan hidup. Wajar belaka. Kita tidak bisa merasakan senang tanpa tahu rasanya susah. Juga sebaliknya.
Maka di perjalanan penuh susah senang ini, apa lantas kita harus selalu gundah gulana? Pastilah ada cara yang lebih baik daripada marah dan sedih dalam menghadapi terjangan badai hidup.
Di bulan November nan mematil, kami ingin mencermati masa-masa kelam, kempes dan geronjalan itu... dalam nada ceria. Saat ada problem penting dan genting yang harus dihadapi sehari-hari, atau sepanjang masa. Entah masalah dalam diri, entah kendala hubungan dengan sesama --apalagi mereka yang sepatutnya dekat dengan kita, atau bahkan problema penting di level masyarakat. Semua disajikan dalam aneka kemasan komedi.
Mengutip Charlie Chaplin, "Dari dekat, hidup itu tragedi, tetapi dari jauh, hidup itu komedi". Maka kami mengundang Anda semua untuk bersandar sejenak dan memandang persoalan itu dari kejauhan. Santai sedikit. Sepanjang tanggal 9-22 November 2017, kineforum akan menyajikan 15 film panjang, satu kompilasi film pendek yang disusun bersama Organisasi boemboe dan satu film kejutan diikuti dengan diskusi singkat.
Salam sinema, sampai jumpa di kineforum dan mari nikmati gelitikan hidup yang bisa menyakitkan, tapi sering menggelikan.
1. ngaca, gih!
Hidup itu berat, katanya. Ya, kami tahu, kata-kata itu sudah ditulis juga di pengantar utama. Kami hanya ingin menegaskannya. Terkadang untuk menyikapi yang berat-berat itu, sebagian kita menjadikannya ringan, atau malah sebaliknya, diatur dengan prinsip yang kaku. Hidup dijalani seperti mengawang, serba otomatis. Bisa dengan perasaan aman yang keliru macam Larry Crowne, mengkhayal seperti Walter Mitty, atau merasa berprinsip seperti Ariane Felder dan Dedi. Atau malah seperti Jojo yang tidak peduli.
Dan percayalah, hidup serba otomatis itu akan pedih setelah sekian lama tumpukan dibiarkan. Jika saja kita mau bercermin sejenak dari jarak tertentu —sekali lagi— percayalah, hidup akan terasa lebih lucu. Cermin dibuat untuk memeriksa ulang apa yang salah (dan benar) pada diri kita. Atau bisa juga dibuat untuk narsis mengagumi diri. Sajian film dalam seksi program ini semoga berfungsi seperti yang pertama.
Seksi program ini terdiri dari lima film panjang, yaitu:
9-Month Stretch – Bagi Ariane, menikah dan berkeluarga bukan tujuan hidup, bahkan sepantasnya jadi pilihan yang dihindari. Sial, kejadian mabuk di malam tahun baru memaksa Ariane mengevaluasi kembali tujuan hidupnya.
Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) – Ketika ibunya mendadak ingin nonton film porno, Dedi kelabakan. Sebagai pekerja di Jakarta yang tengah tumbuh, dia ingin menjaga semua tetap normal demi kestabilan tangga karirnya. Tapi, apa yang sebenarnya “normal”?
Larry Crowne – Larry Crowne dipecat karena tak pernah kuliah. Terpuruk menghadapi libatan hutang hipotek dan nyaris putus asa, Larry memutuskan untuk daftar kuliah, untuk pertama kalinya. Walau usianya sudah lewat 40 tahun.
Quickie Express – Jojo mendapat tawaran kerja yang sungguh menggoda: menjadi “pria escort” berseragam petugas antar pizza. Tentu seru! Namun bukan tanpa tantangan. Apalagi ketika Jojo jatuh cinta pada putri seorang gangster terhormat.
The Secret life of Walter Mitty – Walter Mitty hobinya melamun. Padahal majalah tempat ia bekerja menawarkan semangat berpetualang bagi pembacanya. Insiden klise foto yang hilang mengantarkan Walter Mitty untuk mengalami hidup... sepenuhnya.
2. gosip, yuk!
Masyarakat bergerak bagaikan sebuah mesin yang kompleks, yang setiap elemennya berkait dan bermanuver membawa masyarakat itu sendiri ke arah tertentu. Kadang disadari tujuannya, seringnya nyasar, dan tidak mau mengaku pula. Biasanya nyasar itu terjadi karena mekanisme mesin tadi sering diabaikan. Apa yang melumasi, apa yang menjadi bahan bakar, dianggap tidak perlu dipelajari. Lucunya, yang biasa memergoki mekanisme-mekanisme tersembunyi tadi seringnya adalah karya komedi.
Isu penting disajikan dalam canda. Semoga bisa memicu tawa, tapi juga memantik sel-sel kelabu di otak kita, “Kenapa bisa begitu, ya?"
Seksi program ini terdiri dari enam film panjang, yaitu:
Benyamin Koboi Ngungsi – Siapa bilang hidup koboi itu penuh kebebasan di garis depan tanah tak bertuan? Buktinya Benyamin si koboi harus ngungsi, tergusur rencana pembangunan jalan dan berbagai peraturan peradaban yang tak pernah ia tahu dan sepakati.
Happy Flight – Di balik satu kali penerbangan yang terasa biasa, ada sejuta kesibukan yang harus saling mengait dalam sebuah sistem yang sempurna. Demi keselamatan penumpang.
Kebab Connection – Obsesi Ibo hanya satu: membuat film kung fu Jerman. Tapi sekonyong-konyong ia harus bergulat dengan kerumitan perbedaan etnis antara dia & pasangannya, serta status barunya sebagai calon ayah.
Madame X – Sebuah negeri terancam disapu oleh intoleransi dengan kemunculan Kanjeng Badai dan anteknya. Siapa sangka, sang penyelamat adalah seorang penata rambut salon bernama Adam, dengan identitas superhero Madame X.
The Parade – Seorang gangster anti LGBT terbelit dan membelitkan diri dalam situasi yang memaksanya harus mengawal sebuah parade LGBT. Demi cintanya kepada calon istrinya. Akankah “love wins”?
The Priest's Children – Penduduk sebuah pulau lepas pantai Kroasia tak peduli tentang populasi yang mulai menyusut. Sedangkan bagi seorang pastur muda, masalah ini perlu campur tangan Ilahi. Kalau perlu, dia siap jadi perpanjangan tangan-Nya.
3. ribut, deh!
“Mampus kau dikoyak-koyak sepi!” kutuk Chairil Anwar. Tentu kita tidak mau begitu. Manusia harus punya hubungan dengan sesama, katanya. Tapi berhubung membaca isi pikiran dan hati orang bukan kemampuan yang dikaruniakan kepada kita, salah paham dan benturan keinginan jadi sumber drama. Kadang serius, lebih seringnya konyol. Apa boleh buat, dalam hubungan antar manusia, yang bisa dipastikan hanyalah ketidakpastian. Yang bisa kita lakukan hanyalah bernegosiasi.
Tinggal menentukan, apakah lantas “Mampus kau dikoyak adu mulut!” jadinya lebih baik, sembari berusaha menegosiasikan ketidakpastian tadi. Jujur saja, semenyebalkan apapun di saat kita mengalami sendiri, dilihat dari jauh, pasti ada lucunya.
Seksi program ini terdiri dari empat film panjang, yaitu:
Almanya: Welcome to Germany – Si kecil Cenk bingung harus bergabung dengan kesebelasan Jerman atau Turki, karena dia keduanya. Menanggapi kegamangan ini, Huseyin mengajak keluarga besarnya menapaki jatidiri mereka lewat sebuah perjalanan mudik akbar.
Betty Bencong Slebor – Betty, seorang wadam dengan masa lalu misterius, kerja jujur sebagai PRT di rumah Bokir. Namun sial yang datang berlapis-lapis mengiringnya kembali ke dunia tipikal para wadam di pinggir jalan.
Cek Toko Sebelah – Koh Afuk berniat mewariskan tokonya kepada Erwin, bungsu kesayangannya yang cemerlang, yang sebetulnya lebih memilih meniti karir sendiri. Sementara, Yohan sang kakak, justru terpanggil meneruskan usaha sang ayah.
Demi Ucok – Glo Sinaga ingin bikin film. Ibunya, Mak Gondut, ingin Glo kawin. Solusi yang tampak ideal menyeberangkan pertentangan ini malah membawa kemelut baru: Mak Gondut akan membiayai film Glo jika anaknya itu “kawin sama Batak”.
4. Film KEJUTAN!
Dalam program kali ini, kineforum ingin mengajak Anda semua berpetak umpet sedikit. Di satu Jumat sore dalam periode program bulan November ini, kami akan memutar sebuah film kejutan. Kami tidak akan memberi banyak informasi, selain janji bahwa film ini akan sejiwa dengan program bulan ini, yaitu Getir Canda.
Tapi, baiklah, sedikit bocoran. Begini: sepakatkah Anda jika isu stigma dan kekerasan terhadap perempuan adalah perihal serius? Namun, sesuai janji dalam program ini, kami akan membercandai isu-isu serius tadi. Harap diingat bahwa ada beberapa jenis canda yang tidak selalu memancing tawa. Yang pertama adalah canda yang gagal, yang kedua adalah canda satir getir, yang paling banter hanya bisa menyunggingkan nyengir miris. Tetapi tentu saja kami tidak akan memaksakan reaksi-reaksi itu lewat film ini. Anda bisa jadi senyum getir, luka hati, atau mungkin juga, kalau Anda sedikit twisted, Anda bisa tertawa terbahak-bahak.
Setelah nonton, mari kita berbincang santai untuk menimbang reaksi kita terhadap film ini. Bersama seorang penulis dan seorang kritikus yang akan menemani kita membingkai perspektif terhadap isu yang tersajikan dalam film kejutan kali ini.
Feby Indirani – pertama kali menyentuh hati orang lain lewat tulisannya ketika menjadi runner-up kompetisi esai majalah Gadis ketika masih remaja. Lulus dari Universitas Padjadjaran dan bekerja di Majalah Tempo dan Kompas TV. Sejak 2013, Feby melepas gemerlap karir korporat untuk fokus sebagai penulis lepas, meskipun sebelumnya pun telah meluncurkan beberapa novel. Tahun 2017, Feby meluncurkan kumpulan cerpennya yang berjudul Bukan Perawan Maria, bagian dari gerakan bertajuk #relaksasiberagama untuk merespon ketegangan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini dalam beragama.
Mikael Johani – melebarkan wawasannya ketika di usianya yang sangat muda harus pindah dan mengalami masa remaja di Australia, sehingga ia termasuk dalam apa yang dinamakan third culture kid, yaitu anak yang dibesarkan dalam budaya selain budaya orang tuanya. Setelah itu Mikael menjadi penyair dan esais, sekaligus editor yang sempat bermarkas di Metafor Publishing dan Yayasan Jurnal Perempuan, sebelum akhirnya menjadi editor lepas hingga sekarang. Kumpulan puisinya yang berjudul We Are Nowhere and It’s Wow telah diterbitkan ulang oleh penerbit independen POST Press.
Makbul Mubarak – menerima gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 2012, ia diundang sebagai peserta Berlinale Talent Campus (sekarang Berlinale Talents) di Berlin International Film Festival. Dia kemudian menerima program beasiswa untuk jurusan seni, dari Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan untuk mengikuti program magister bidang film di Korea National University of Arts. Sekarang dia tinggal di Tangerang dan mengajar film di Universitas Multimedia Nusantara.
Comments