top of page

BARA // The Flame



Sabtu, 22 Oktober 2022 | 17:00 | Studio Sjuman Djaya

Minggu, 23 Oktober 2022 | 14:30 | Studio Asrul Sani


GRATIS


Lokasi:

Taman Ismail Marzuki

Gd. Trisno Soemardjo, Lantai 4

Jalan Cikini Raya no. 73, Menteng, Jakarta Pusat


Penayangan film “Bara” akan diikuti dengan bincang-bincang bersama Arfan Sabran (sutradara). Arfan akan berbagi kisah dan pengalamannya seputar jalur distribusi dampak yang ia jalankan sendiri bersama Gita Fara (produser). Dipandu oleh BesiBerani.

 

Iber Djamal (77) adalah bagian dari komunitas masyarakat adat di pelosok Kalimantan Tengah. Tergerak oleh rasa kecintaan dan tanggung jawabnya, Pak Iber bertekad untuk berjuang melindungi hutan Pulau Barasak, kawasan hutan adat terakhir di Desa Pilang. Berbekal sisa tenaga dan usianya yang sudah lanjut, beliau mengumpulkan semua dokumen yang disyaratkan pemerintah untuk mendapatkan sertifikat hutan adat. Upaya Pak Iber yang kurang dapat dukungan dari keluarga dan warga desanya, juga terhambat kasus sengketa tanah milik pribadinya, belum lagi kebakaran besar hutan yang masih sering terjadi.


Tahun 2014, Arfan Sabran—pembuat film BARA—terpapar isu kebakaran hutan ketika ia membuat film dokumenter. Itulah kali pertama ia jumpa Pak Iber. Tapi baru mulai tahun 2018, dia berkesempatan untuk berbincang lebih mendalam dengan Pak Iber. Dari percakapan itu, Arfan ikut memahami apa arti "hutan” bagi Pak Iber, juga motivasi di balik perjuangan beliau untuk mempertahankan keberadaan dan pengakuan atas hutan adat. Selain Pak Iber tidak ingin hutan adatnya tergerus “Mega Rice Project”, beliau juga bertekad untuk meninggalkan tradisi perawatan hutan adat dengan limpahan kekayaannya kepada generasi selanjutnya. Menurut Arfan, judul film “Bara” dipilih karena dia kerap membayangkan ‘bara’ semangat dalam diri Pak Iber, yang berakar dari kepedihan dan kemarahan yang tak kunjung padam.


Film yang mengikuti perjuangan Pak Iber untuk mendapatkan pengakuan pemerintah atas status hutan adat Pulau Barasak ini ditujukan untuk membuka mata penontonnya; akan betapa bernilainya hutan adat di Indonesia. Pak Iber, masyarakat adat di Desa Pilang, sekaligus Hutan Pulau Barasak adalah bagian dari kita semua. Perusakan atas hutan berimbas pada erosi tanah, kebakaran hutan, dan pada akhirnya perubahan iklim global. Perjuangan Pak Iber selayaknya jadi perjuangan kita bersama, demi memastikan kelangsungan hidup di masa depan.

 

Sutradara Arfan Sabran | Negara Indonesia | Jenis Dokumenter | Tahun 2021 | Durasi 72 menit | Bahasa Indonesia | Takarir Bahasa Inggris | Format Digital | Klasifikasi Usia 12+

Arfan Sabran // Sutradara


Arfan Sabran adalah seorang pembuat film dari Makassar. Sepak terjangnya sudah dimulai sejak dia mengikuti program pelatihan dan kompetisi Eagle Award lewat film pendeknya “Suster Apung” di tahun 2006. Film ini sempat mendapatkan tiga penghargaan, untuk kategori Sinematografi Terbaik, Film Favorit, dan Film Terbaik. Sebagai Manajer Program di Rumah Ide—sebuah komunitas film di Makassar, ia bertekad untuk mengembangkan industri film di wilayah timur Indonesia.


Proyek film “Bara” menjadi salah satu partisipan program “Good Pitch Indonesia 2019” yang diselenggarakan oleh In-Docs. Dari program ini, “Bara” mendapatkan dukungan pendanaan sehingga filmnya bisa dirampungkan tahun 2021. Filmnya sudah tayang perdana di perhelatan festival film Vision du Réel Film Festival 2021 di Swiss, dan sejak itu berkeliling ke beberapa festival, seperti DMZ International Film Festival 2021 (Korea Selatan), Singapore International Film Festival 2021 (Singapura), Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021 (Indonesia); juga mendapatkan nominasi untuk kategori Film Dokumenter Terbaik Festival Film Indonesia 2021.


Saat ini, Arfan sedang menyelesaikan tahap pascaproduksi dari film dokumenter terbarunya “Ininnawa - An Island Calling”, yang menyorot tokoh yang sama dengan film pertamanya, “Suster Apung”. Versi Jepang (dengan durasi pendek) film ini sudah dirilis oleh stasiun TV NHK dengan judul “Rabiah & Mimi” dalam program “Colors of Asia”. “Ininnawa” terdaftar dalam daftar pendek (shortlist) untuk berkompetisi untuk meraih Piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia 2022, kategori Film Dokumenter Panjang.


Usai penayangan film “Bara”, Arfan Sabran (sutradara) akan berbagi kisah dan pengalamannya seputar jalur distribusi dampak yang ia jalankan sendiri bersama Gita Fara (produser).




Comments


bottom of page