KINEFORUM, Senin, 25 MAR, 19:30 // Donasi Rp20.000
Third Eye Space, Minggu, 31 MAR, 19:30 // Donasi Rp40.000 (bonus gelas kopi pertama)
Srintil sejak kecil memang dididik dan diarahkan menjadi seorang penari ronggeng. Walau ditentang oleh Rasus, sahabat sejak kecil dan kemudian kekasihnya, ia terus maju sebagai primadona kampung Dukuh Paruk. Dalam keputusasaannya, Rasus meninggalkan kampung halaman dan menjadi tentara. Waktu berubah, politik mulai masuk ke kampung-kampung. Berbagai panggung kesenian digelar demi menarik perhatian umum, termasuk ronggeng, di mana Srintil seolah dimiliki seluruh warga. Pergolakan kekuasaan menggoncang Dukuh Paruk, Srintil dan segenap penduduk kampung jadi korban. Rasus terpanggil kembali untuk mencari cintanya yang hilang. Sisi lain peristiwa 1965 yang belum pernah diangkat ke layar lebar sebelumnya.
Novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk adalah salah satu teks sastra yang cukup langka karena membicarakan peristiwa 1965 dari perspektif mereka yang dibungkam. Maka tidak heran ketika di masa Orde Baru, film adaptasinya yang berjudul Darah Mahkota Ronggeng melenyapkan sama sekali peristiwa itu dan malah berfokus menghakimi ritual “buka kelambu”, yang memang lebih bernuansa sensual, sekaligus menghindari sama sekali konteks sosial politik kisahnya. Adaptasi tahun 2011 ini memanfaatkan kebebasan yang sempat ada, dan diakui sendiri oleh Ahmad Tohari, lebih berani dan sanggup menyuarakan kegelisahannya.
Sutradara Ifa Isfansyah | Pemeran Prisia Nasution, Oka Antara | Tahun 2011 | Durasi 109 menit | Jenis Fiksi | Negara Indonesia | Bahasa Indonesia | Klasifikasi Usia 15+
Comments