Sejarah masa lalu yang terus menghantui, meningkatnya radikalisasi agama, ketimpangan ekonomi, kesenjangan sosial hingga tergerusnya nilai tradisi telah menjadi permasalahan yang dialami negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Lima film pendek Indonesia pada program kali ini dipilih untuk menggambarkan keberadaan Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara.
OJEK LUSI
Winner Wijaya, 2017, 18 menit
Sebelas tahun lalu Lumpur Sidoarjo (Lusi) menyembur dan menenggelamkan enam belas desa di tiga kecamatan. Beberapa warga korban lumpur mencari penghasilan dengan menjadi tukang ojek sekaligus tour guide di daerah "wisata lumpur" itu. Sebelas tahun adalah waktu yang panjang untuk beradaptasi, tetapi tidak melupakan, karena mereka setiap hari menceritakan kembali kronologi kejadian saat lumpur itu menyembur dan menenggelamkan rumah mereka.
PEKAK
Jaka Wiradinata, 2016, 7 menit
Aktifitas rutin Rieke (29 tahun), seorang buruh pabrik setiap paginya adalah menyiapkan sarapan bagi anak dan suaminya. Pada pagi yang nampak biasa ini kesabaran Rieke diuji oleh anak bungsunya yang menangis keras (Idho, 6 tahun), anak sulungnya yang selalu menuntut (Salsa, 10 tahun) dan suami yang acuh (Slamet, 34 tahun). Seakan belum cukup, tekanan serikat buruh membuatnya terpaksa untuk demonstrasi. Kesempatan ini membuat dia berteriak sekencang-kencangnya, untuk sekedar didengar.
THE NAMELESS BOY
Diego Batara Mahameru, 2017, 5 menit
Film ini menceritakan tentang seorang anak Muslim tanpa nama yang mengikuti salah satu aksi protes dari serangkaian demonstrasi oleh Muslim garis keras yang hendak menentang seorang mantan gubernur Jakarta, ibu kota Indonesia. Dalam aksi protes tersebut, ia menyaksikan kenyataan dari kekacauan politik Indonesia, yang memperlihatkan bahwa diskriminasi ras dan agama itu hidup dan berkembang di Indonesia masa kini.
AMIN
Vedy Santoso, 2015, 9 menit
Terinspirasi oleh Usdoy (18), Karebet (20) menggunakan layang-layang untuk menggantungkan keinginan di langit. Ajaibnya, keinginannya makan buah durian dapat terkabul. Ternyata Usdoy dan kawan-kawannya juga memiliki banyak keinginan. Akhirnya mereka menulis keinginan masing-masing di atas layangan, dan mengucap ... "AMIN".
C'EST LA VIE
Ratrikala Bhre Aditya, 2017, 19 menit
Seorang tahanan politik laki-laki, yang setelah bertahun-tahun mendekam dalam tahanan, akhirnya mendapatkan kesempatan bersaksi atas tragedi yang ia alami. Ini adalah kesempatan emas untuk mencari sedikit keadilan bagi dirinya. Sebuah penebusan agar terus waras menjalani hidup. Kesempatan itu nyata atau sekadar angan, tidaklah penting.
Gemar Film Pendek adalah program kolaborasi Organisasi boemboe dan kineforum, berupa sebuah program film pendek yang dibuat khusus untuk menjadi bagian dari program bulanan kineforum. Selain pemutaran film-film pendek, program Gemar Film Pendek juga dilengkapi dengan diskusi bersama pembuatnya yang dipandu oleh Organisasi boemboe.
Commentaires