Kita yang merasa normal mungkin mengasihani mereka yang tuna rungu karena mengira mereka kehilangan banyak hal dalam mencerap dunia. Nyatanya, mereka punya cara dan budaya tersendiri, yang semangat hidupnya pun tak kurang dahsyatnya. Dokumenter ini menjelajahi dunia mereka yang tuna rungu, dan menemukan sebuah dunia, metode dan cara pandang yang unik, yang tak pernah terbayangkan oleh kita yang merasa diri normal.
Berbekal rasa ingin tahu dan sensitivitas tinggi, sutradara Philbert menyajikan kepada kita tantangan dan kenikmatan mereka yang tuna rungu; sebuah potret yang kaya tentang berbagai kalangan tuna rungu meladeni tantangan dunia.
--
This documentary takes an in-depth look into the world of the deaf, which on the contrary to what we may believe, does not mean these individuals are missing some vital part of the human experience. Rather, through the use of sign language and other methods of communication, the deaf are revealed to have their own rich culture -- one that emphasizes aspects other than sound. The interview subjects vary, and some reveal surprising attitudes, both about themselves and hearing culture.
With unerring curiousity and sensitivity, director Philbert portrays the difficulties and joys of being deaf, offering vivid portraits of people of all ages coping with and surmounting their challenges.
Sutradara Nicolas Philibert | Negara Italia, Prancis, Inggris Raya, Swiss | Jenis Dokumenter | Tahun 1992 | Durasi 99 menit | Bahasa Prancis, Bahasa Isyarat Prancis | Format Digital | Klasifikasi Usia SU
Penghargaan
Pemenang | Grand Prix, Entrevues Film Festival 1992, Belfort, Perancis
Nomine | Robert and Frances Flaherty Prize | Yamagata International Documentary Film Festival 1993, Yamagata, Jepang
Pemenang | Best Non-Fiction Film Above 40 Minutes Duration | Bombay International Documentary, Short and Animation Film Festival 1994, Bombay, India
Pemenang | 3rd place, Best Documentary | National Society of Film Critics Awards 1995, New York, Amerika Serikat
Comments